Source: Dewi Magazine |
Setiap 8 Maret, dunia sedang merayakan sebuah hari yang disebut International Women’s Day, yang bisa diartikel hari perempuan internasional. Sebuah hari yang kali pertama dicetuskan di New York ini, seolah menjadi sebuah stimulus kepada kaum perempuan, bahwa sudah saatnya perempuan berkiprah tuk mengubah dunia.
Kita sepatutnya sadar, bahwa Allah menciptakan semesta alam ini dengan prinsip kesempurnaan, baik langsung maupun tidak. Semua makhluk, memiliki struktur dan fungsinya masing-masing, bukan begitu? Apabila pada prinsip tertentu setiap ciptaan Tuhan memiliki pasangan, maka laki-laki dihadirkan ke dunia bersamaan dengan perempuan. Pun, Allah menurunkan manusia (laki-laki dan perempuan) ke muka bumi ini sama-sama memiliki tugas kepemimpinan.
Berbicara soal International Women’s Day, di zaman ini, sudah banyak perempuan yang menggebrak dunia, dengan segugang kemampuan, keilmuan, perempuan semakin layak bila disandingkan dengan popularitas laki-laki dalam mengemban misi kepemimpinan. Jika dulu perempuan kerapkali hanya dikaitkan dengan dapur, sumur, dan kasur, kini perempuan tidak bisa dipandang sebelah mata dalam melakukan aksi, menunjukkan diri sebagai superwomen pada dunia. Keterlibatannya di masyaralat sudah sangat aksional dan mencerahkan.
Menilik Fenomena Kepemimpinan Perempuan
Menjadikan perempuan sebagai pemimpin seringkali dianggap sebuah hal yang tabuh di masyarakat. Alasannya, perempuan itu terlalu bawa perasaan, gampang sakit hati, mudah putus asa, dan perasaan-perasaan lainnya. Ketegangan semacam inilah yang hingga saat ini masih banyak tertanam di benak masyarakat, padahal dari segi ketrampilan dan kecakapan, perempuan bisa saja lebih unggul.
Baca juga: Panduan Lengkap Menyusun Bisnis Plan Sederhana
International Women’s Day agaknya bisa menjadi sebuah cermin bagi perempuan, bahwa hari spesial ini menandakan pengakuan dunia akan keterlibatan perempuan dalam melakukan tugas kepemimpinan; melakukan transformasi sosial. Namun semua memang perlu proses, legitimasi perasaan memang cukup masuk akal apabila dikaitkan dengan ilmu psikologi.
Sejujurnya, apabila kita berbicara tentang kepemimpinan perempuan, di Indonesia mayoritas pemimpin memang masih didominasi kalangan laki-laki. Akan tetapi, jika kita tilik perjalanan sejarah, hal ini sudah cukup baik tatkala di era modern ini sudah cukup populer perempuan yang mulai berani berkiprah memimpin.
Baiklah, sebut saja seperti Megawati, yang memimpin partai politik besar, mengendalikan ribuan kader partainya. Lebih lanjut, Najwa Shihab, Susi Pujiastuti, Khofifah IP, Aisah Dahlan, Nurhayati Subakat, bukankah mereka perempuan-perempuan hebat yang menginspirasi jutaan masyarakat Indonesia. Maka, sungguh International Women’s Day benar-benar layak diapresiasikan untuk perempuan-perempuan inspiratif ini.
Manifestasi International Women’s Day: Kepemumpinan Perempuan Jangan Mundur
Jika kita belajar sejarah Islam, maka kita akan menemukan satu perempuan yang sangat inspiratif, Khajidah namanya. Setiap muslim pasti tahu, bahwa Khadijah merupakan istri nabi, hanya saja tak banyak yang mampu mengambil pelajaran penting di dalam sejarah itu.
Jika International Women’s Day berkaitan erat membahas sosok perempuan dalam kiprahnya di sosial masyarakat, maka Khadijah sangatlah tepat dijadikan sosok yang memiliki peranan itu. Kita semua pasti tahu, bahwa Khadijah merupakan perempuan dengan kemampuan bisnis yang luar biasa: Saodagar kaya.
Kemampuan managerial Khadijah dalam mengelola bisnis-nya tidak main-main. Jangkauan dan relasi bisnisnya tak hanya berkutat di Mekkah saja, melainkan di negeri nun jauh, sebut saja seperti Iraq, Syam, Baghdad, dan lainnya. Dengan kemampuannya itu, bukankah Khadijah sudah sangat layak untuk memimpin dunia, karena sejatinya memimpin bisnis itu tidak jauh berbeda dengan memimpin sebuah negara dalam hal managerialnya?
Baca juga: Strategi Jitu Utsman bin Affan Dalam Mengelola Bisnis
Apakah Khadijah tidak melibatkah perasaannya? Justru di situ letak keunggulannya. Perasaan tidak untuk ditakuti, tetapi untuk dikendalikan dan dipergunakan sebagaimana mestinya. Dalam memimpin bisnis, Khadijah sangat melibatkan perasaannya. Lihatlah, sejarah mencatat berapa banyak ia membantu para budak, membentu sebuah negeri dari keterpurukan, dan kepedulian sosial masyarakat yang lainnya sebagai manifestasi dari International Women’s Day saat ini.
Jika demikian, untuk apa perempuan masih ragu dalam mengemban misi kepemimpinannya? Tidak, buanglah jauh-jauh jika pikiran itu masih menghantui kaum perempuan. Bukan hanya Khadijah, Khafifah, atau Nurhayati, masih banyak sekali peranan perempuan yang saat ini berkiprah di dunia. Jangan mundur! Sambutlah International Women’s Day dengan penuh optimisme, sudah saatnya stigma kasur, sumur, dapur yang diidentikan dengan perempuan itu dilepas total.
**********
Ditulis oleh: Rozak Al-Maftuhin | Penulis dan Pemerhati Pendidikan Anak
Post a Comment for " International Women's Day | Kemepimpinan Perempuan dan Keteladanannya"
Komentar yang anda kirim akan dimoderasi guna menghindari Spam. Terima kasih telah berkunjung.